"Bersatu Membangun Sepakbola"

SEPP Blatter, Presiden FIFA, terus dibombardir kritik. Bahkan, belakangan, ia juga didesak lengser. Ia bergeming. Dan, ia tetap gencar ajak semua pihak bersatu membangun industri sepakbola.
Blatter jadi sorotan di tengah euforia putaran final Piala Dunia 2014 Brasil. Itu dipicu pernyataannya terkait tulisan salah 1 koran Inggris The Sunday Times yang kupas dugaan korupsi dalam proses bidding tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 yang masing-masing dimenangkan Rusia dan Qatar.
Blatter sebut media Inggris hubung-hubungkan terpilihnya Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022 dengan isu rasis dan diskriminasi. Pernyataan itu dilontarkan Blatter dalam Kongres Luar Biasa (KLB) FIFA di Sao Paulo, Brasil, 9 Juni 2014.
Emosi Greg Dyke, Ketua Umum Federasi Sepakbola Inggris (FA), sontak tertohok. Seusai Kongres ke-64 FIFA di Sao Paulo, 11-12 Juni 2014, Dyke temui Blatter yang duduki takhta FIFA sejak 2008.
Dyke tegaskan tudingan Blatter terhadap media Inggris tidak benar dan tidak beradasar. Dyke tak sendiri. Ia didukung David Gill, mantan Wakil Ketua Umum FA yang kini duduk sebagai salah 1 anggota Exco UEFA, dan Ketua Umum Federasi Sepakbola Belanda (KNVB) Michael van Praag. Sebelumnya, Blatter juga bermasalah dengan Presiden UEFA Michel Platini. Atas nama UEFA, Platini desak Blatter letakkan jabatan Presiden FIFA di Kongres ke-64 FIFA.
Platini minta Blatter tak calonkan diri lagi dalam pemilihan Presiden FIFA 2015-2019 lewat KLB FIFA 2015. Pernyataan itu sekaligus tegaskan sikap Platini yang tak lagi dukung pencalonan Blatter.
Terkait semua itu, www.sportiplus.com rangkum sikap dan pernyataan Blatter dari berbagai sumber. Berikut petikannya:
Bagaimana sikap Anda hadapi kritik, hujatan, bahkan desakan bertubi-tubi agar Anda lepaskan jabatan Presiden FIFA?
Saya tidak tahu bagaimana semua itu terjadi. Tujuan mereka bukan hancurkan sepakbola, tapi FIFA. Saya tak gusar dengan semua itu. Saya jsutru ajak semua pihak buat galang terus persatuan.
Apa tanggapan Anda tentang pernyataan Platini yang desak Anda mundur dan tidak calonkan diri lagi dalam pemilihan Presiden FIFA 2015-2019?
Sudah beragam problem saya hadapi. Tapi, yang saya lihat dan dengar selama berkarier di sepakbola maupun hidup di tengah keluarga, sikap dan pernyataan UEFA ternyata paling tidak sopan.
Kalau begitu, Anda bakal kembali calonkan diri di pemilihan Presiden FIFA 2015-2019?
Saya tahu mandat saya sebagai Presiden FIFA bakal berakhir pada 29 Mei 2015. Pendaftaran calon Presiden FIFA 2015-2019 belum dibuka. Jadi, belum seorang pun jadi calon Presiden FIFA 2015-2019.
Lalu, apakah Anda sendiri berencana calonkan diri buat jadi Presiden FIFA 2015-2019?
Misi saya belum tuntas. Jadi, jika saya sehat dan diberi kesempatan, saya tak berpikir buat berhenti bekerja. Saya tidak akan calonkan diri. Tapi, jika anggota FIFA bertanya kepada saya soal siap atau tidak maju sebagai calon, saya tak bakal menjawab tidak.
Apa lagi visi Anda bersama FIFA?
Kami akan membangun FIFA dengan semangat kebersamaan. Kami bisa membangun fondasi yang kuat karena kami sudah punya anggaran buat 4 tahun ke depan. Menghadapi perkembangan dan perubahaan dunia, FIFA harus jadi pionir yang mampu membentuk masyarakat jujur, bertanggung jawab, dan saling menghargai.
Apa yang Anda lakukan jika Anda tidak terpilih dalam pemilihan Presiden FIFA 2015-2019?
Kongres bisa memutuskan siapa saja buat jadi Presiden FIFA. Tapi, saya tegaskan kalau saya siap bekerja sama dengan siapa pun di masa depan. Semua demi kemajuan FIFA dan sepakbola dunia.
Nama Jerome Champagne mencuat sebagai calon lain Presiden FIFA 2015-2019. Apa komentar Anda?
Champagne adalah pria yang menikah dengan sepakbola. Ia selalu jadi yang pertama di pagi hari dan jadi yang terakhir di malam hari. Saya banyak berlajar darinya.
Apa harapan Anda terkait investigasi dugaan korupsi dalam proses bidding tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022?
Yang pasti, saya sangat senang proses investigasi bisa terus berlangsung. Tapi, saya bisa tebak hasilnya bakal seperti apa.
Di luar soal bidding tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 serta pemilihan Presiden FIFA 2015-2019, benarkah ada sistem review teve yang bakal gantikan goal line technology (GLT)?
Itu sesuatu yang baru. Dengan sistem itu, tim manajer atau pelatih yang tidak sepakat dengan keputusan wasit bisa langsung minta rekaman review teve itu. Semua patut dikaji lebih jauh karena tujuannya murni buat memajukan sepakbola dunia.