Gaya Unik Srilanka

FOTO http://bambang-gene.blogspot.com (Foto: Sportiplus)
LAIN ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya. Pepatah ini boleh jadi pas buat menggambarkan keunikan gaya memancing di Srilanka.
LAIN ladang lain belalang, lain lubuk lain pula ikannya. Pepatah ini boleh jadi pas buat menggambarkan keunikan gaya memancing di Srilanka.
Cara memancing unik sudah jadi tradisi turun temurun bagi orang Srilanka, khususnya yang tinggal di distrik Galle, sebelah Barat Daya Srilanka, serta mereka yang bermukim di sekitar Kota Kathaluwa dan Ahangama.
Menurut sebagian dari mereka, tradisi memancing dengan cara yang lain dari umumnya orang memancing dimulai sejak zaman Perang Dunia II.
Kegiatan mancing mereka dimulai pagi hari ketika matahari mulai terbit. Dengan alat pancing sederhana, mereka mancing bersama.
Berpijak pada tiang-tiang kayu di atas terumbu karang, para pemancing berusaha selalu menjaga keseimbangan tubuh agar tidak terjatuh ke laut.
Para pemancing ini kemudian duduk di atas batang melintang yang disebut petta dan terikat pada tiang vertikal yang ditanam di dalam terumbu karang. Mereka berpegangan dengan satu tangan dan tangan lainnya memegang pancing.
Mereka berharap memperoleh ikan baring (koraburuwa) dan ikan mackerels (bolla). Ikan-ikan itu akan disimpan dalam tas plastik yang tergantung di pinggang atau di tiang. Tiang itu panjangnya 3-4 m dengan 1,5 m tertanam di terumbu karang.
Mereka tidak menggunakan jala. Mereka beralasan ikan akan sangat terganggu jika menggunakan jala. Persediaan ikan di laut juga akan cepat habis jika ditangkai dengan menggunakan jala.
Mereka pun hanya bisa menunggu dengan sabar di atas tiang-tiang dan berusaha menarik perhatian ikan-ikan dengan cara tradisional. Hasil tangkapan itu nantinya dijual.
Tradisi mancing seperti ini sempat menghilang setelah bencana tsunami yang melanda Srilanka dan bagian-bagian lain di Samudera Hindia. Baru setelah keadaan normal masyarakat setempat mentradisikan kembali memancing unik mereka.