ISC, Solusi Konkret & Jalan Tengah Positf
CEO PT LI Joko Driyono berharap Indonesia Super Competition dapat digulir sesuai jadwal dan kebutuhan.
ANGIN segar buat sepakbola nasional mulai berembus. Indonesia Super Competition (ISC) diyakini jadi pemecah kebuntuan kompetisi. Para pegiat dan fans yang lama tersekat menyambut antusias.
Sejak Menpora Imam Nahrawi terbitkan SK pembekuan yang berujung sanksi FIFA, sepakbola Indonesia mati suri. Tak ada kompetisi resmi, tak ada pula pembentukan timnas. Serangkaian turnamen garapan Mahaka Sports and Entertainment cuma jadi pencair kevakuman sesaat karena aktivitas itu tak punya muara.
Turnamen Piala Kemerdekaan, Piala Presiden, dan Piala Jenderal Sudirman (PJS) 2015 bukan sama sekali tak berguna. Event itu setidaknya tetap bisa difungsikan sebagai penyambung napas para pelatih dan pemain. Artinya, hindarkan mereka dan elemen terkait lainnya dari menganggur total berkepanjangan.
Selepas Semen Padang duel kontra Mitra Kukar pada laga puncak PJS 2015 yang dihelat Minggu (24/1) di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Senayan, Jakarta, tanda tanya besar muncul. Khalayak belum tahu apa langkah tim transisi bentukan Menpora. Padahal, tugas mereka adalah benahi sepakbola nasional.
Jika kembali hanya gelindingkan turnamen macam Piala Kemerdekaan, Piala Presiden, dan PJS 2015, itu jelas bukan solusi konkret. Sepakbola nasional butuh kompetisi regular berkelanjutan sebagai landasan pembentukan timnas dan pijakan ke pentas internasional. Tanpa itu, sepakbola nasional tetap beku.
SK pembekuan dari Menpora terhadap PSSI yang berujung sanksi FIFA bukan cuma salah kaprah, tapi juga merugikan dan permalukan Indonesia. Tuding PSSI sarang mafia dan korupsi, tapi hingga kini tak mampu biktikan apa-apa. Mirisnya, keputusan final PTUN sebagai instrumen hukum negara pun tak digubris.
Di tengah situasi seperti itu, tak salah jika gagasan luncurkan model kompetisi baru bertajuk ISC diapresiasi. ISC dinilai bukan sebatas terobosan, melainkan juga pencair kebekuan yang rugikan sepakbola nasional. ISC digagas PT Liga Indonesia (LI) dan pengelola 18 klub eks Indonesia Super League (ISL).
Cetak biru disiapkan PT LI, lalu disosialisasikan dan dimatangkan bareng pengelola 18 klub. Itu dicetuskan CEO PT LI Joko 'Jodri' Driyono sesuai pertemuan dengan pengelola 18 klub di Hotel Park Lane, Jakarta, Sabtu (16/1). ISC disebut terobosan konstruktif yang alirkan angin segar lantaran 2 faktor vital.
Pertama, ISC yang diharapkan berputar mulai Maret hingga November 2016 tidak jadi bagian dari properti PSSI. PT LI dan pengelola 18 klub sadar PSSI hingga kini dalam status dibekukan pemerintah dan disanksi FIFA. Ke-2, ISC bakal dikelola perusahaan baru yang diusung 18 klub. Mereka di bawah naungan PT LI.
"Spirit di balik gagasan luncurkan ISC yang dibidani perusahaan baru adalah memenuhi proses perizinan dan upaya maksimalkan aspek komersialisasinya. Pengelola 18 klub segera dirikan perusahaan baru yang nantinya berfungsi sebagai operator ISC. Dijadwalkan rampung dalam 1-2 pekan ini," papar Jodri.
Selain ISC, perusahaan baru itu juga siapkan jenjang kompetisi di bawahnya seperti Divisi Utama, Liga Nusantara, dan ISL U-21. Itu berjalan, status dan fungsi PT LI beralih jadi technical assistant. Tentang permintaan Menpora agar perusahaan baru itu berkoordinasi dengan tim transisi, Jodri bersikap dingin.
Jodri menukas, "Saya tak mau berspekulasi terkait itu. Yang jelas, perusahaan baru itu nantinya sama sekali tidak gulirkan ISL. Pasalnya, semua tahu PSSI dan ISL sama-sama masih dibekukan."
Jodri dan timnya di PT LI pun bersyukur karena ISC sebagai sebuah terobosan menuju solusi konkret disambut penuh antusias. Para pelatih, pemain, dan fans bahkan sepakat mendesak pemerintah agar tak lagi jadi penghalang. Itu antara lain diungkapkan I Made Wirawan, kiper utama skuad Persib Bandung.
"Format ISC sangat bagus karena hampir sama seperti liga. ISC adalah terobosan yang jadi angin segar bagi pelaku sepakbola di Tanah Air. Para pelatih, pemain, dan fans sejati pasti senang jika ISC betul-betul bergulir. Ini yang kami tunggu. Kami berharap Menpora dan BOPI bukakan jalan," tutur I Made.
Harapan serupa, tentu, diapungkan para pegiat dan berbagai elemen terkait sepakbola nasional. Mereka sepakat PSSI dan sepakbola nasional didandani, tapi bukan dengan cara mematikan seperti dilakukan Menpora. Cara itu justru bikin proses pembinaan terbenam. Karenanya, mereka minta ISC tak diganggu.
PT LI & ISC 2016
Nama kompetisi: Indonesia Super Competition
Durasi: Maret-November 2016
Kontestan: 18 klub eks ISL 2015
Operator: Perusahaan baru bentukan pengelola 18 klub
Status & fungsi PT LI: Technical assistant
CEO PT LI: Joko Driyono