La Nyalla Berontak, Terus Menyalak

(Foto: Sportiplus)
LA Nyalla M Mattalitti jadi sosok paling lantang di PSSI. Ia berani sendirian menentang arus. Ia sadar telah terjebak dalam lingkaran kepentingan sepihak.
LA Nyalla M Mattalitti jadi sosok paling lantang di PSSI. Ia berani sendirian menentang arus. Ia sadar telah terjebak dalam lingkaran kepentingan sepihak.
Jika dulu berada di garis keras pengusung elan revolusi PSSI yang menjungkalkan kepengurusan Nurdin Halid dkk, kini ia tampak ia mulai menyadari dirinya masuk jebakan.
Seperti tak peduli dengan posisinya sebagai anggota Komite Eksekutif PSSI
2011-2015 hasil KLB 9 Juli di Solo, La Nyalla berontak dan terus menyalak. Ia
menyatakan sangat kecewa dengan berbagai keputusan PSSI pimpinan Djohar
Arifin Husin.
La Nyalla, bahkan, tanpa tedeng aling-aling menyebut pengurus PSSI saat ini
berada dalam kendali Arifin 'AP' Panigoro, pengusaha kaya penggagas sekaligus
pendukung gerakan revolusi PSSI yang antara lain memaksakan digulirkannya
kompetisi sempalan bertajuk Liga Primer Indonesia (LPI).
Jika dulu La Nyalla sangat vokal ikut menyuarakan revolusi PSSI di daerah Jawa Timur, kini mengaku kecewa dengan hasil perjuangannya yang ternyata dimanfaatkan untuk kepentingan yang jauh dari upaya perbaikan sepakbola
nasional.
“Kepengurusan yang sekarang mestinya hanya meneruskan program setelah
terpilih ketua umum dan Komite Eksekutif lewat KLB. Program kerja yang sudah
ada mestinya diserahkan saja kepada pengurus. Jangan didikte-dikte dari belakang,” cetus La Nyalla di Jakarta, Rabu (14/9).
“Dikte-dikte dari belakang inilah yang bikin rusak,” tambah La Nyalla yang juga Ketua Umum PSSI Provinsi Jatim.
Dengan tegas, ia pun mengiyakan sinyalemen adanya kepentingan tertentu di balik kebijakan PSSI era Djohar selama ini. “Ya, itu pasti,” ucapnya seperti dikutip antaranews.com.
Lebih jauh La Nyalla mengungkapkan, sejumlah pengurus PSSI dari Jatim mengaku mendapat tekanan untuk menuruti kemauan AP.
"Saya dengar dari anggota saya bahwa yang tidak mau menurut sama AP bakal
dilibas. Suruh libas saya dulu! Saya tidak nurut sama AP. Saya tidak tahu siapa AP. Saya hanya menurut kepada statuta,” beber La Nyalla.
Tak sekadar bicara, La Nyalla pun merinci sejumlah pelanggaran pengurus baru
PSSI terhadap statuta. Di antaranya adalah perombakan struktur kompetisi liga.
Format dua wilayah yang hendak dijalankan PSSI, sebut La Nyalla, jelas melanggar statuta. Begitu pula soal pencabutan hukuman atas Persema Malang
dan Persibo Bojonegoro yang mestinya hanya boleh dilakukan lewat kongres.
“Meski saya harus berjuang sendiri, selama melanggar statuta, saya akan tetap
melawan. Saya tak mau yang halal diharamkan dan haram dihalalkan,” sergah La
Nyalla.
Di pengujung pernyataannya, La Nyalla kembali menegaskan dirinya tak ada urusan dengan AP.
"Tanggung jawab saya kepada masyarakat bola, kepada masyarakat Indonesia, kepada PSSI. Saya bukan dipilih AP. Saya dipilih anggota,” pungkasnya.
Begitulah La Nyalla. Ia, rupanya, makin menyadari bahwa kemurnian gerakan
revolusi PSSI guna membenahi sepakbola nasional ternyata telah disusupi niat
dan kepentingan lain.