"Olahraga Harus Berkelanjutan"
Nurdin Tampubolon, Wakil Ketua Umum Hanura, anggota Komisi XI DPR-RI (Foto: Fajar Tri Hendratmo)
AGAR jadi lebih baik, tata kelola olahraga Indonesia harus didandani. Aktivitas, dukungan, dan pendanaan olahraga harus berkelanjutan. "Itu syarat buat cetak prestasi," tandas Nurdin Tampubolon.
Buat kebanyakan orang, sosok Nurdin boleh jadi masih asing dengan urusan olahraga. Lelaki kelahiran Pematang Siantar, 29 Desember 1954, ini lebih dikenal sebagai politikus, wakil rakyat, dan pebisnis.
Nurdin yang raih gelar Doktor Kehormatan dari sebuah universitas di AS pada 1999 memang superaktif di 3 bidang itu. Kini, ia duduk sebagai Wakil Ketua Umum Hanura, anggota Komisi XI DPR-RI, dan pemilik sekaligus nakhoda 11 perusahaan berlevel multinasional.
Meski begitu, sesungguhnya, Nurdin juga lekat dengan olahraga. Saat kecil di Siantar, ia akrabi sepakbola dan olahraga beladiri. Hingga kini pun ia tetap berolahraga. Bahkan, di tengah berbagai kesibukannya, ia masih sempat payungi PB TAKO Indonesia. Ia jadi Ketua Umum PB TAKO Indonesia sejak 2012.
Karenanya, ketika www.sportiplus.com mengajaknya berbincang soal olahraga Indonesia, anak ke-3 dari 10 bersaudara yang kini jadi ayah bagi 3 putra dan 3 putri ini pun antusias. Dengan fasih, ia paparkan pandangan dan seruannya bagi olahraga Indonesia. Berikut petikannya:
Seberapa besar makna olahraga bagi Anda?
Olahraga adalah kebutuhan, bahkan bagi saya sudah jadi keharusan. Olahraga memuat banyak nilai penting buat kehidupan. Selain menyehatkan, olahraga juga menempa mental, disiplin, membahagiakan, dan mempersatukan. Itu sebabnya, saya tetap berolahraga sejak kecil hingga kini.
Di rumah tinggal pun saya sediakan sarana berolahraga buat keluarga. Sehari saja tak berolahraga, badan saya terasa tak enak. (Rumahnya yang berhalaman luas memang dilengkapi kolam renang, trek joging, lapangan bulutangkis, meja biliar, dan perangkat kebugaran).
Bagaimana Anda membagi waktu buat berolahraga di tengah kesibukan yang begitu padat?
Olahraga sudah jadi bagian dari hidup saya. Maka, saya tetap sisihkan waktu buat berolahraga. Di luar itu, fokus kerja saya di Komisi XI DPR-RI dan Hanura. Di bisnis, manajemen mulai beralih ke anak dan orang yang saya percaya. Di PB TAKO, saya berbagi dengan wakil dan staf. Agustus 2015, PB TAKO gelar Kejurnas. Sejauh ini, semua berjalan baik.
Kalau begitu, Anda tentu setuju jika olahraga dijadikan bidang prioritas di negeri ini...
Bukan sekadar setuju, tapi memang seharusnya begitu. Olahraga itu penting dan berpengaruh. Di banyak negara maju dan sehat, olahraga diposisikan sebagai bidang straegis. Olahraga tak lagi sebatas teknis, hobi, dan sehat. Olahraga sudah jadi industri pendongkrak kehormatan dan kemajuan bangsa.
Indonesia punya potensi besar di bidang olahraga. Setiap daerah bisa digali sesuai karakter, budaya, minat, dan potensinya. Olahraga Indonesia bakal kuat dan hebat jika tata kelolanya dibenahi. Pengurus, pelatih, atlet, publik hingga pihak swsata dan pemerintah harus lebih bersinergi.
Sudah seperti itukah wajah olahraga Indonesia?
Belum. Saya malah anggap olahraga Indonesia masih sakit. Penyebabnya kompleks. Sebut saja pemerintah yang belum punya political will buat dukung penuh gerak maju olahraga. Sarana olahraga minim, budaya pengurus cari duit di olahraga pun masih merebak sehingga tak fokus ke aspek pembinaan prestasi.
Buat perbaiki kondisi olahraga Indonesia, semua elemen harus bersatu. Ada regulasi yang harus dihormati bersama, ada program komprehensif menuju peningkatan prestasi yang harus diusung bersama, juga ada struktur dan prosedur yang harus dijaga bersama. Semua itu harus disinergikan para stake holder olahraga di Tanah Air.
Itukah kendala utama sehingga olahraga Indonesia sulit bersaing menuju prestasi puncak?
Prestasi adalah pencapaian dari proses panjang dan konstan. Jangan berharap olahraga Indonesia berprestasi sesuai harapan jika fondasi dan tata kelolanya belum baik. Dibutuhkan political will yang kuat dan tegas dari pemerintah. Menpora berperan penting dan harus dijabat orang yang betul-betul paham.
Proses menuju pencapaian prestasi olahraga harus ditopang program, aktivitas, kebijakan, dan dukungan anggaran berkelanjutan. Prestasi tak bisa dicapai dengan cara sepotong-sepotong. Sustainability jadi kata kunci dan itu wajib dikondisikan dengan mantap.
Jika itu dilakukan secara konsisten, olahraga Indonesia sebagai negara berpenduduk 240-an juta jiwa pasti tumbuh sehat dan kuat. Olahraga maju, bangsa dan negara pun otomatis jadi lebih tangguh. Itu sudah dibuktikan China, Jepang, Korea Selatan, AS, Inggris, dan negara-negara lain. Jika mau, Indonesia pun pasti mampu.