"Saatnya Pemerintah Serius!"
IGK Manila
OLAHRAGA itu universal dan multidimenasi. Selain sehat dan konstruktif, olahraga juga jadi pengobar kesatuan dan harkat bangsa. Maka, IGK Manila desak pemerintah lebih serius urus olahraga.
Tata kelola bidang maritim, sumber energi, pertanian, kehutanan, kesehatan, pendidikan, dan lainnya memang penting. Semua harus dibenahi Kabinet Kerja pimpinan Presiden Joko 'Jokowi' Widodo demi perbaikan strata hidup Bangsa Indonesia. Tapi, jangan abaikan nilai dan efek hebat yang termuat di olahraga.
Jargon Revolusi Mental yang sejak awal diusung Jokowi justru bisa dimulai di olahraga. Sebab, selain menyehatkan, olahraga pun mengajarkan disiplin, kejujuran, etos, respek, persahabatan, bahkan lecut mental buat jadi bangsa unggulan.
Seabrek fakta menunjukkan itu. Tak terhitung nama negara di muka bumi ini yang mengharum dan berpengaruh kuat berkat geliat mereka di olahraga. Ir Soekarno, proklamator dan Presiden Pertama Republik Indonesia, implementasikan itu. Olahraga baginya adalah pemersatu sekaligus pendongkrak harkat bangsa. Itu sebabnya, ia bangun kawasan khusus olahraga di Senayan dan giring Indonesia jadi penyelenggara Asian Games 1962.
Sayang, derap mantap Bung Karno tak berkelanjutan. Ia turun takhta dan akhirnya mangkat, olahraga Indonesia terbenam di balik langkah maju negara-negara lain, termasuk di kawasan Asia Tenggara. Hingga pergantian presiden ke-6 kali, olahraga Indonesia tak kunjung diposisikan sebagai bidang prioritas.
Tak heran jika para pegiat olahraga, terutama pelatih dan atlet, harus berjibaku memburu prestasi di tengah berbagai kendala. Sarana dan prasarana olahraga amat minim jika dibandingkan dengan pengadaan mall dan gedung mewah. Dana jadi alasan klasik, padahal banyak cara yang bisa ditempuh jika pengendali negara paham dan lebih serius memaknai efek hebat olahraga.
Geregetan dengan kondisi itu, I Gusti Kompyang Manila bak terbangun dari lelap. Ia mulai buka suara. Tim manajer skuad Merah Putih saat rebut emas cabor sepakbola SEA Games XVI-1991 Filipina dan iringi Susi Susanti-Alan Budi Kusuma sandingkan emas bulutangks di Olimpiade XXV-1992 Barcelona ini ingin olahraga Indonesia kembali gahar.
Bahkan, Bapak Wushu Indonesia ini terpacu buat coba berteriak di usianya yang sudah 73. Kata kunci yang ia cetuskan: saatnya Kabinet Kerja pimpinan Presiden Jokowi lebih serius dan turun tangan bangkitkan olahraga Indonesia.
Paparan lebih jauh IGK Manila, berikut petikan bincang-bincang www.sportiplus.com dengannya:
Olahraga itu penting dan strategis bagi upaya penguatan kehidupan berbangsa dan bernegara. Banyak negara lain sudah buktikan itu. Anda setuju?
Sangat setuju. Tujuan inti olahraga terbagi 2, yakni sehat dan prestasi. Olahraga tak hanya menyehatkan, tapi juga bisa membuat bangsa jadi lebih kuat. Bangsa yang berolahraga pasti lebih sehat secara fisik maupun mental. Karena lebih sehat fisik dan mental, bangsa pun tentu lebih produktif dan konstruktif.
Dalam pemahaman saya, itu arti fundamental olahraga. Di tingkat lebih tinggi, olahraga yang dilakoni serius juga lahirkan prestasi. Ketika prestasi sudah dicapai, itu adalah jalan taktis dan efektif buat mengangkat harkat bangsa. Bendera Merah Putih berkibar dan lagu Indonesia Raya berkumandang di berbagai arena internasional, itu kehormatan dan kebanggaan yang bisa dimunculkan dari olahraga.
Jadi, olahraga memang tak bisa disepelekan atau dibiarkan berjalan ala kadarnya. Apalagi, olahraga pun sudah memasuki era industri. Olahraga sudah bisa dijadikan pilihan profesi bergengsi dan menyangga kehidupan. Jangan lupa, olahraga yang bersifat universal dan multidimensi juga mengedukasi nilai-nilai positif. Karena itu, saatnya Indonesia lebih serius memajukan bidang olahraga.
Lalu, seperti apa wajah olahraga Indonesia saat ini dalam pandangan Anda?
Olahraga Indonesia jalan di tempat. Negara-negara lain berkembang pesat, olahraga Indonesia tak bergerak. Tengok kekalahan 0-4 timnas senior Indonesia dari Filipina di AFF Suzuki Cup 2014 Singapura-Vietnam. Filipina baru belajar soal sepakbola. Dari 21 pertemuan sebelumnya dengan Indonesia, mereka tak pernah bisa menang. Kini, mereka seperti ajari Indonesia main bola.
Pada AFF Suzuki Cup 2010 Indonesia-Vietnam, Filipina terpaksa mainkan jatah laga kandang semifinal di Indonesia. Itu karena mereka tak punya stadion dan lapangan sepakbola yang mumpuni. Tapi, 4 tahun kemudian, Filipina hancurkan Indonesia 4-0.
Betul, dalam kompetisi, sang juara cuma 1. Juga betul, tak ada kesempurnaan di dunia ini. Tak ada tim sehebat apa pun yang 100% menang terus. Pasti pernah kalah dan gagal juara. Tapi, kekalahan telak dari Filipina itu tetap saja menohok. Itu harus dijadikan pelajaran. Indonesia harus bercermin dari fakta dan berbenah.
Di pentas multievent, olahraga Indonesia juga sudah tertinggal jauh dari negara lain, termasuk sesama negara Asia Tenggara. Salah siapa? Salah kita semua! Jangan salahkan atlet. Tak ada atlet senang dengan kekalahan saat tarung di arena. Siapa yang mau peduli pada olahraga? Kebanyakan orangtua, baik ayah maupun ibu, sibuk bekerja guna atasi tuntutan hidup yang kian tinggi. Anaknya cenderung tumbuh dan berkembang sendiri. Para elite politik lebih sibuk berebut kekuasaan.
Itu situasi Indonesia kini. Tapi, tak ada yang sia-sia jika semua mau berubah jadi lebih baik dan benar. Lebih baik terlambat ketimbang sama sekali tidak lakukan apa-apa. Mari kita bahu membahu membangun olahraga Indonesia dengan fondasi yang kokoh.
Apa saja yang selayaknya dilakukan agar olahraga Indonesia tumbuh lestari dan berprestasi?
Kali ini harus dimulai dari pemerintah. Kalau selama ini olahraga digerakkan publik, kini saatnya pemerintah lebih serius dan terjun langsung beresi problem di keolahragaan nasional. Posisikan olahraga sebagai bidang prioritas dan wajib. Dimulai di jalur pendidikan. Mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggu, olahraga harus jadi mata pelajaran wajib. Bukan lagi sekadar ekstra kurikuler.
Pemerintah harus lebih serius dan terjun langsung itu bisa diimplementasikan dalam bentuk political will. Undang-undang Olahraga yang ada perlu ditelaah ulang. Dengan political will yang lebih jelas dan tegas, BUMN dan kalangan swasta pun dapat digerakkan buat dukung gerak maju olahraga Indonesia. Kemdikbud, Kementerian Agama, Kemenkes, dan Kemenpora harus lebih terintegrasi dan sinkron dalam menyelaraskan program pendidikan, kesehatan, olahraga, dan kepemudaan.
Di sisi lain, Kemenpora perlu segera satukan KONI dan KOI agar tak ribut berkepanjangan. Semua elemen bergerak dengan koordinasi yang lebih terarah berdasarkan political will pemerintah. Posisikan olahraga sebagai bagian dari bidang prioritas berbangsa. Jadikan olahraga sebagai bagian dari budaya hidup bernegara.
Kalau semua itu dipahami dan mau dijalankan, saya percaya olahraga Indonesia bakal kuat dan dahsyat. Prestasi olahraga yang agungkan kehormatan bangsa pun lebih masuk akal buat diwujudkan. Prestasi tak bisa dicapai dengan cara instan. Semua butuh proses. Karena itu, dibutuhkan political will dari pemerintah sebagai guidelines langkah strategis berbagai bidang buat menopang kemajuan olahraga Indonesia.
Bagaimana dengan ketersediaan fasilitas olahraga di Tanah Air?
Presiden Jokowi sudah instruksikan setiap pemerintah daerah buat membangun fasilitas olahraga berkualitas. Jelas, itu saja sangat tidak cukup. Tengok China, Korea Selatan, Jepang, dan beberapa negara Asia Tenggara. Mereka serius memajukan olahraga. Tak heran jika Indonesia kian tertinggal dari mereka. Jika political will sudah jelas dan tegas, libatkan pihak swasta. Percayalah, Indonesia dengan 240 jutaan penduduknya punya potensi besar di olahraga. Asal mau bergerak bersama, Indonesia pasti maju.
Anda yakin olahraga Indonesia bisa bangkit, berprestasi, dan berperan sebagai simbol kehormatan bangsa?
Pasti. Asal mau bersama kuatkan niat dan kemauan, lalu konsisten dalam menerapkan rencana dan strategi, olahraga Indonesia pasti jauh lebih maju. Bukan cuma membuat anak bangsa jadi lebih sehat dan produktif, melainkan juga lebih powerfull di tengah persaingan global. Jika sudah sampai di tingkat itu, tentu saja kehormatan Indonesia sebagai sebuah bangsa ikut terkatrol. Sekali lagi, olahraga itu keren dan positif. Jangan ragu jadikan olahraga Indonesia terdepan di tengah arus dan persaingan globalisasi.