PSSI Plintat-Plintut
(Foto: Sportiplus)
TIGA bulan perjalanan kepengurusan PSSI 2011-2015 pimpinan Djohar Arifin Husin diwarnai tumpang tindih. Sikap plintat-plintut begitu mendominasi.
TIGA bulan perjalanan kepengurusan PSSI 2011-2015 pimpinan Djohar Arifin Husin diwarnai tumpang tindih. Sikap plintat-plintut begitu mendominasi.
Setidaknya hal itu meruyak dalam wujud pernyataan antarpengurus yang kerap tak klop dan inkonsistensi antara ucapan dan tindakan.
Terkait format kompetisi nasional kasta tertinggi, misalnya, sempat ditegaskan bakal dileburnya tim-tim eks Indonesian Super League (ISL) dan Liga Primer Indonesia (LPI).
Setelah mendapat reaksi keras dari mayoritas pengelola tim ISL, PSSI berubah sikap. Terakhir malah dinyatakan LPI bubar dan selanjutnya sebatas jadi penyokong bagi tim ISL yang sudi dan butuh. Dan, yang pasti, kompetisi LPI tak berlanjut.
Lalu, muncul pula pernyataan soal pembatasan gaji pemain pro di musim kompetisi 20011/2012, yakni maksimal Rp 500 juta per musim. Belakangan, pernyataan itu dimentahkan sendiri dengan dalih menunggu hasil kesepakatan para pengelola tim calon peserta kompetisi mendatang.
Pada bagian lain, Sekjen PSSI Tri Goestoro menegaskan akan selekasnya memberesi tunggakan gaji dan bonus timnas futsal putra. Tri menegaskan hal itu saat hadir dalam acara buka puasa bersama timnas futsal putra-putri di Vidi Arena, dua pekan silam. Ternyata, sampai sekarang sama sekali belum terlihat progresnya.
Plintat-plintut teranyar ditunjukkan pengurus PSSI menyangkut penempatan Bernard Limbong sebagai penanggung jawab timnas dan Arya Abhiseka sebagai GM timnas. Penempatan kedua sosok itu kontan dihujat La Nyalla M Mattalitti, anggota Komite Eksekutif PSSI.
Kepada pers, La Nyalla menggugat cara Djohar selaku Ketua Umum PSSI dalam mengambil keputusan. La Nyalla menilai Djohar telah bertindak di luar pakem, yakni ambil keputusan tanpa rembukan dengan Komite Eksekutif.
Jika keputusan berindikasi menyokong kepentingan tertentu seperti ini berlanjut, La Nyalla bersumpah siap bersikap ekstrem: melawan dengan keras.
"Demi Allah, saya akan melawan setiap tindakan atau keputusan yang tidak berorientasi memajukan sepakbola Indonesia secara keseluruhan. Jangan pernah ada niat-niat memunculkan kepentingan individu atau kelompok," cetus La Nyalla, Jumat (19/8).
Belum cukup sampai di situ, muncul lagi pernyataan aneh Djohar. Ia membantah telah menempatkan Arya sebagai GM timnas. Arya, katanya, hanya asisten Bob Hippy yang menjabat koordinator timnas.
Dibilang aneh karena bantahan Djohar itu dilontarkan setelah Arya tersangkut dugaan penggelapan dana Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) dan kini dalam status hendak dilaporkan ke pihak berwajib.
Lebih aneh lagi, Djohar malah menyebutkan istilah GM timnas bagi Arya semata dicuatkan para wartawan.
“Yang sebut Arya GM timnas adalah koran. Saya tak pernah angkat Arya sebagai GM timnas,” tulis Djohar dalam SMS-nya kepada La Nyalla.
Bantahan Djohar itu jelas membantah keterangannya sendiri saat jumpa pers timnas pertama bulan lalu. Saat itu, dalam rilis susunan pemain tercantum juga nama-nama pengurus timnas, termasuk Arya sebagai GM timnas dan Ferry Kodrat sebagai manajer timnas.
Nah lho!