"Sepakbola Indonesia Berduka"

Agum Gumelar
AKIBAT manuver Menpora Imam Nahrawi, FIFA pun jatuhkan sanksi kepada sepakbola Indonesia. Ketua Kehormatan PSSI Agum Gulemar sebut hal itu sebagai duka besar bagi jagat sepakbola Indonesia.
Gagal sudah upaya PSSI selamatkan sepakbola Indonesia dari sanksi FIFA. FIFA selaku badan tertinggi dalam sepakbola dunia itu tak berikan tolerasi kepada sepakbola Indonesia yang terus dapat intervensi penuh benci Menpora.
Manuver-manuvernya sangatg bertolak belakang dengan peran yang diemban Imam sebagai Menpora. Padahal, Menpora seharusnya ikut bantu perkembangan olahraga secara keseluruhan, termasuk sepakbola. Faktanya, ia malah menobatkan dirinya sebagai momok sepakbola Indonesia lewat tim 9, Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI), dan tim transisi.
Akibatnya, kompetisi di semua jenjang terhenti dan program-program lain PSSI pun ikut tersendat. Peringatan keras FIFA agar segera tarik intervensi berupa SK sanksi administratif buat PSSI malah diabaikan. Pada akhirnya, FIFA pun jatuhkan sanksi buat sepakbola Indonesia per 30 Mei 2015.
Sanksi FIFA diturunkan dengan batas waktu yang tak ditentukan. Mereka bakal revisi keputusannya jika Menpora cabut SK sanksi administratif PSSI. Meski begitu, tetap saja jagat sepakbola Indonesia. Agum Gumelar, Ketua Kehormatan PSSI, pun sebut itu sebagai petaka besar. Berikut adalah petikan wawancara www.sportiplus.com dengan Agum di kediamannya.
Menurut penilaian Anda, bagaimana situasi sepakbola Indonesia di beberapa tahun terakhir jika dibandingkan dengan situasi saat Anda masih jadi Ketum PSSI 1999-2003?
Sejak dulu, PSSI selalu terima rasa ketidakpuasan, kritik tajam, hingga rongrongan dari pihak luar. Itu wajar. Sebab, masyarakat Indonesia adalah pecinta sepakbola. Isu mafia bola, pengaturan skor, dan yang lain juga sudah merebak sejak dulu. Tapi, saya harus jujur dan bersikap sportif, saya akui pengelolaan sepakbola Indonesia di bawah PSSI pada beberapa tahun terakhir sudah sangat baik dan profesional. Meski masih banyak kekuarang, jelas PSSI sekarang sudah jauh lebih baik.
Salah 1 buktinya adalah betapa meriahnya perhelatan Indonesia Super League (ISL) sejak unifikasi liga. Kompetisi jadi hiburan masyarakat. Bukti lain adalah kali pertama PSSI surplus. Bahkan, jumlahnya mencapai Rp 10 miliar. Dulu, kami yang harus bayar jika ingin pertandingan disiarkan langsung. Sekarang, stasiun teve justru berebut dapatkan hak siar.
Menpora lakukan intervensi dengan dalih sepakbola Indonesia harus dibenahi total karena tak hasilkan prestasi. Apakah alasan itu masuk akal?
Jika masih ada kekurangan, itu wajar. Jangan bermimpi klub-klub Indonesia bisa setara dengan klub top Eropa. Kita belum seperti mereka. Tapi, kita sudah mengelola buat menuju ke arah sana. Itu butuh proses. Dan, proses butuh waktu.
Bagaimana pendapat Anda soal pernyataan Menpora yang berpikir lebih baik sepakbola Indonesia dijatuhi sanksi FIFA?
Saya sangat menyesal arah yang sudah baik ini malah dijegal Menpora di tengah jalan dengan dalih minimnya prestasi. Silahkan lihat Brasil yang dipermalukan di putaran final Piala Dunia 2014 di hadapan suporternya sendiri. Apakah Federasi Sepakbola Brasil (CBF) dijatuhi sanksi dari pemerintah Brasil?
Contoh terkini terjadi di FIFA. Banyak petinggi mereka yang terjerat kasus hukum. Apakah FIFA lantas dibekukan? Pelakunya yang harus ditindak, bukan organisasinya. Itu pun harus dilakukan aparat hukum, bukan seorang menteri yang tak punya kewenangan.
Menpora berpikir seperti itu karena ia tak mengerti soal sepakbola. Jika belum mengerti, seharusnya ia mencari tahu. Tapi, jangan minta pendapat dari orang-orang yang salah. Kita semua tahu siapa sosok-sosok yang huni tim 9 hingga BOPI. Tak heran jika dibenaknya ia membenci PSSI. Itu sangat tidak sehat. Jika ikuti arah internvensi Menpora, terlihat jelas ia ingin ciptakan dualisme dalam tubuh PSSI.
Setelah lakukan pertemuan dengan Wakil Presiden RI Jusuf 'JK' Kalla yang juga dihadiri Anda, Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Rita Subowo, dan Wakil Ketua Umum PSS Hinca Pandjaitan, keluarnya hasil PTUN, Menpora tetap keukeuh tak cabut SK sanksi administratif PSSI. Pola pikir buruknya kian menjadi-jadi setelah dapat dukungan dari Presiden RI Joko 'Jokowi' Widodo. Bahkan, Jokowi juga setuju sepakbola Indonesia dijatuhi sanksi FIFA. Bagaimana pendapat Anda soal hal itu?
Catat omongan saya. Saya sangat kecewa kepada Presiden Jokowi. Mohon maaf, saya kecewa berat terhadap pernyataan Anda. Seorang pemimpin seharusnya tak berkata seperti itu. Pemerintah kan seharusnya melayani, memberdayakan, memfasilitasi, bukan membunuh.
Sanksi FIFA sudah diberikan kepada sepakbola Indonesia. Menurut Anda, bagaimana perkembangan sepakbola Indonesia selama sanksi FIFA berlaku?
Sudah pasti Indonesia tak boleh ikut event-event internasional. Itu adalah dampak paling luar biasa. Soal kompetisi, Indonesia memang bisa melakukannya di dalam saja. Tapi, itu tak ubahnya seperti tarkam. Alhasil, proses pembinaan juga akan ikut terhenti. Sebab, tak boleh berlaganya timnas di event internasional membuat proses pembinaan tak punya arah.
Tak cuma itu, banyak orang yang gantungkan nasibnya dari sepakbola. Bukan cuma pemain, pelatih, ofisial, manajemen, tapi juga pedagang hingga tukang parkir. Yang jelas, sanksi FIFA adalah duka mendalam buat masyarkat sepakbola Indonesia.
Agum & Data Diri
Nama lengkap: Agum Gumelar
Kelahiran: Tasikmalaya, Jawa Barat, 17 Desember 1945
Istri: Linda Amalia Sari
Anak: Haris Khaseli, Amy Gumelar
Cucu: Natarina Alika Hidayat, Nayutama Prawira Hidayat
Warna favorit: Merah
Makanan favorit: Semua makanan yang pedas
Minuman favorit: Air putih, red wine
Atlet favorit: Novak Djokovic, Junaidi Abdillah, Neymar da Silva
Klub favorit: Manchester United, Persib Bandung
Genre lagu favorit: Pop
Film favorit: Titanic, Comic 8
Parfum: Paco Rabanne
Tempat liburan favorit: Bali
Buah favorit: Pepaya, pisang