Tidur Ngorok, Kapasitas Ereksi Terganggu

Kebiasaan tidur mengorok bukan cuma ganggu pasangan, tapi juga pertanda adanya gangguan kesehatan.
BANYAK penyebab dan dampak tidur mendengkur alias ngorok. Dari sisi medis, dengkuran tak hanya ganggu orang lain, tapi ternyata juga rongrong kesehatan. Kemampuan ereksi pun ikut terusik.
Meski kerap dianggap remeh, kebiasaan tidur mendengkur terbukti berbahaya. Selain jadi sinyal adanya gangguan kesehatan, fakta menunjukkan tak sedikit suami-istri terpaksa pisah kamar. Itu gara-gara salah 1 pihak tak sanggup lagi dengarkan dengkuran pasangannya sepanjang malam.
Mendengkur adalah bunyi berisik udara yang dihirup saat tidur. Dengkuran muncul karena udara tak bebas mengalir melalui mulut maupun hidung. Penyebabnya beragam. Bisa karena alergi musiman seperti flu hingga hidung tersumbat, bisa juga lantaran tonsil atau adenoid bengkak akibat infeksi.
Saat terjadi dengkuran, yang harus diperhatikan adalah gangguan tidur serius yang dikenal sebagai OSA. Itu adalah berhentinya aliran udara pernapasan 10 detik lebih saat tidur dan bisa timbulkan komplikasi berbahaya seperti hipertensi, jantung koroner, stroke, bahkan kematian mendadak.
Jadi, jangan sepelekan kebiasaan tidur mendengkur. Selain turunkan kualitas hidup, mendengkur dan OSA berisiko tingkatkan hipertensi hingga 3 kali lipat. Itu akibat berkurangnya asupan oksigen sehingga oksigen dalam darah berkurang, jantung bekerja lebih keras dan tekanan darah naik.
Kurang tidur menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Jika tubuh kekurangan oksigen, pembuluh darah di seluruh tubuh ikut terganggu dan aliran darah tidak lancar. Aliran pembuluh darah menuju bagian penis pun terganggu dan bisa mengakibatkan gangguan ereksi. Kualitas sperma pria juga menurun.
Kurang tidur karena gangguan OSA dapat pula menyebabkan hilang konsentrasi, mudah marah, dan turunkan gairah. Mendengkur dan OSA juga membahayakan jiwa sehingga disebut silent killer. Mendengkur dan OSA biasanya terjadi pada orang dewasa, terutama pria penderita obesitas.
Di AS, prevalensi OSA pada kelompok usia di bawah 40 terdiri atas 25% pria dan 15% perempuan. Pada kelompok usia di atas 40, prevalensi mencapai 60% pria dan 40% perempuan. Penyebab lain adalah ukuran leher terlalu panjang dan penyakit genetik spesifik. Alkohol juga bisa jadi penyebab.
Tidur mendengkur kebanyakan terjadi pada seseorang yang kelebihan berat badan. Pada anak-anak, OSA umumnya disebabkan pembesaran amandel. Hasil penelitian terkini menunjukkan OSA juga disebabkan lokasi penyumbatan saluran napas lebih dari satu titik.
Dua cara menentukan seseorang terkena OSA. Pertama, pemeriksaan ENT (ear nose, throat atau telinga, hidung, tenggorokan) buat melihat seberapa besar sumbatan di tenggorokan dengan alat nasolaringuskopi. Ke-2, pemeriksaan di laboratorium buat mendeteksi seberapa banyak napas tersendat saat tidur.
Mendengkur dan OSA dapat diatasi dengan berbagai terapi. Meski ada obat-obatan yang bisa digunakan sebagai pereda dengkuran, yang terbaik adalah menyingkirkan penyebab utama. Jika mendengkur akibat kegemukan, pasien harus mengurangi berat badan. Jika karena gangguan THT, pasien harus perbaiki kondisi THT-nya.
Pada kasus mendengkur ringan, pasien disarankan mengubah kebiasaan hidup dengan lebih aktif olahraga, kurangi rokok, rutin latihan pernapasan, dan rileksasi. Jika kelainan tidak ditemukan dan orang tetap mengorok, dilakukan pemasangan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP). Alat ini terdiri dari masker dan kompresor.
Tips sederhana buat mencegah tidur mendengkur:
1. Hindari minuman beralkohol menjelang tidur. Alkohol membuat otot-otot tenggorokan, termasuk lidah dan uvula, menjadi kaku sehingga terjadilah penyumbatan saluran napas.
2. Kurangi berat badan. Kegemukan bikin napas kurang lancar karena paru-paru dan jantung tertimbun lemak.
3. Ubah posisi tidur. Hindari pemakaian bantal yang terlalu tebal dan biasakan tidur miring.
Tanda-tanda OSA
Gejala di siang hari:
-Bangun dengan perasaan tidak segar.
-Sakit kepala.
-Sakit atau nyeri tenggorokan saat bangun tidur.
-Mengantuk berlebihan di siang hari (Excessive Daytime Sleepiness).
-Rasa lelah berkepanjangan.
-Perubahan kepribadian.
-Gangguan konsentrasi dan ingatan.
Gejala di malam hari:
-Mendengkur keras dan mengganggu.
-Napas berhenti di sela-sela mendengkur dan diakhiri dengan mendengus.
-Rasa sesak dan tercekik hingga membuat penderita terbangun.
-Tidur tidak nyenyak karena sering terbangun dan berubah posisi.